TUJUAN DAN ADAB BERDOA
Setiap doa yang hendak dibaca hendaklah mempunyai sifat dan tujuan yang
baik. Doa yang diucapkan sebaik-baik hendaklah dalam keadaan dan cara
seperti berikut:
Mengetahui tujuan berdoa atau apa yang hendak dipohon dari Allah SWT
Doa dibaca dengan betul dan tepat sebutan mahrajnya
Doa dibaca dengan suara yang jelas dan sederhana (tidak terlalu laju)
Doa dibaca dengan nada suara yang sesuai (tidak terlalu kuat dan
sebaliknya)
Doa dibaca dengan rasa penuh khusyuk dan tawaduk kepada Allah SWT
Merasa yakin dan ikhlas bahawa apa yang dipohon akan dimakbulkan oleh
Allah SWT
TATA KESOPANAN DIDALAM BERDO’AAda sepuluh yaitu :
1. Mengamati waktu-waktu yang mulia bagi do’anya seperti hari Arafah, Ramadhan,hari Jum’at dan waktu sahur
2. Mempergunakan kesempatan pada keadaan-keadaan yang mulia.Abu Hurairah ra berkata:“
Sesungguhnya pintu-pintu langit dibuka ketika berdesakan shaf (barisan) dijalanAllah Ta’ala, ketika turunnya hujan, dan ketika didirikannya shalat fardhu, makapergunakanlah untuk berdo’a kepadanya!
”“
Doa’ antara adzan dan iqamat itu tidak tertolak
” (HR An Nasa’i dan At Tirmidzi)
“Orang yang berpuasa itu do’anya tidak tertolak
” (HR At Trimidzi dan HR IbnuMajah)
“Sedekat-dekat keadaan hamba kepada Tuhannya ‘Azza wa Jalla adalah ketika iasedang bersujud, maka perbanyaklah doa padanya”
(HR Muslim)
3. Hendaklah berdo’a dengan menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannyadengan sekira-kira tampak putih kedua ketiaknya. Rasulullah tidak mengangkatpandangannya ke langit ketika berdoa
4. Melunakkan suara antara menyembunyikan dan mengeraskan
“Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut”
(QS.Al Israa’ : 55)
5. Sebaiknya tidak membebankan diri dengan bersajak dalam do’a
6. Merendahkan diri, khusyu’, gemar dan takut, Allah Ta’ala berfirman:“…
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalammengerjakan perbuatan baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dancemas”
(QS. Al Anbiyaa’ : 90)
7. Mengokohkan do’a, yakin akan diperkenankan dan ia membenarkan harapannyapada do’anya. Rasulullah SAW bersabda:
“Janganlah salah seorang diantaramu apabila berdo’a mengucapkan “WahaiAllah ampunilah saya jika Engkau mau, Wahai Allah sayangilah saya jika Engkaumau”, namun agar ia mengokohkan permohonan itu, maka sesungguhnya tidak adasesuatu yang memaksa bagi-Nya”
(Muttafaq’alaih dari hadits Abu Hurairah)
8. Bersungguh-sungguh dalam berdo’a dan mengulanginya tiga kali
“Diperkenankan bagi salah seorang diantara kamu selama ia tidak tergesa-gesa,lalu ia mengatakan: “Saya telah berdoa, namun tidak diperkenankan bagiku”
Apabila kamu berdo’a maka mohonlah kepada Allah banyak-banyak, karenasesungguhnya Engkau berdoa’a kepada Dzat yang Maha Pemurah”
(Muttafaq’alaih dari hadits Abu Hurairah)
9. Hendaklah ia memulai do’a dengan menyebut Allah ‘Azza wa Jalla, maka janganlahmemulai dengan permohonan. Salmah bin Akwa’ berkata: “Saya tidak mendengar Rasulullah SAW memulai do’anya kecuali beliau membukanya dengan ucapan:
Subhaana rabbiyal ‘aliyyil ‘a’lal wahhaabi
(HR. Ahmad Al Hakim)
“Apabila kamu mohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla akan suatu hajat (kebutuhan)maka mulailah dengan membaca shalawat atasku karena sesungguhnya AllahTa’ala itu Maha Pemurah dari diminta dua kebutuhan lalu Dia menunaikan salahsatunya dan menolak yang lain”
(HR Abu Thalib Al Maliki)
10. Adab batin yang merupakan pokok dalam memperkenankan do’a adalah taubat,mengembalikan kezaliman dan menghadap kepada Allah Ta’ala dengan cita-citayang sebenarnya
Dikutip dari :
IHYA’ ULUMIDDIN
jilid II karya Imam Al-Ghazali,terbitan Asy-Syifa’, Semarang, 1990
No comments:
Post a Comment